menuj Intisari Khutbah Hari Raya Walidi Panteraja di Padang Tiji, Pidie - Pena Teungku //
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Intisari Khutbah Hari Raya Walidi Panteraja di Padang Tiji, Pidie


Alhamdulillah kami berkesempatan bisa ikut bersama Walidi, menemani beliau mengisi Khuthbah Hari Raya Idul Fitri 1444 H, bertepatan pada hari Sabtu, tanggal 22 April 2023 M, tepatnya di Mesjid Gogo, Padang Tiji, Kabupaten Pidie.

Saat berlangsungnya khutbah, kami menyimak dengan seksama, sambil mengintropeksi diri, dalam hati saya berguman, sungguh luar biasa ilmu yang Walidi miliki, sungguh sangat luas pengetahuan beliau, cara penyampaian yang luar biasa membuat kami terkesima dan menjadikan motivasi agar kami lebih giat lagi untuk menjalankan ibadah kepad Allah:

Disini kami berusaha membuat ringkasan atas apa yang Walidi sampaikan, dengan harapan kiranya bisa bermafaat bagi pembaca semua :

"Semenjak tadi malam kita sibukkan diri kita untuk mengagungkan Allah subhana wata'ala, dengan ucapan "Allahu Akbar", dimana lafad ini bermakna "Allah Maha Besar", namun semuanya itu di anggap bohong, dusta, bila mana di dalam hati kita masih menganggap yang lain lebih agung, bila mana di hati kita masih menganggap yang lain lebih hebat dari Allah subhana wata'ala.

Semua orang yang ada di dunia pada hari ini mengatakan bahwa hari ini adalah Hari Raya, namun apakah sudah tentu kita mendapatkan hari raya, karena hakikat hari raya adalah hari kemenangan bagi orang-orang yang sudah mendapatkan keampunan dari Allah subhana wata'ala, disebabkan mereka telah menjalani puasa selama 30 hari penuh, maka semoga kita termasuk diantara orang-orang yang mendapatkan hakikat kemenangan itu.

Diantara tanda-tanda orang yang mendapatkan kemenangan adalah semakin banyak menjalin silaturahmi, kita saling kunjung mengunjung, pertama sekali kita kunjungi orang tua kita, apabila beliau masih hidup, dan apabila mereka sudah duluan kembali kepada Allah, maka kita kunjungi maqam beliau, kemudian kita kunjungi sanak kerabat kita yang lain.

Dikisahkan, pada masa Nabi Musa bahwa tatkala Fir'aun hampir tenggelam dalam lautan, saat itulah fir'aun sadar bahwa ada tuhan lain, dan itulah Tuhan yang sebenarnya, maka saat itu fir'aun meminta maaf pada Nabi Musa dan berencana mengikuti ajarannya, namun Nabi Musa enggan untuk merimanya, karena mengingat betapa besar penyiksaan fir'aun terhadapnya selama ini, tenyata setelah itu Nabi Musa mendapatkan teguran dari Allah, Allah mengatakan kepada Nabi Musa "Alangkah keras hatimu wahai Musa", Allah menegur Nabi Musa lantaran tidak mau menerima fir'aun.

Maka mari kita intropeksi diri, apakah orang tua kita lebih jahat dari fir'aun, kerabat kita lebih bejat dari fir'aun, tetangga kita lebih buruk dari fir'aun, tentu tidak, maka dari itu mari kita berlapang dada, untuk saling memaafkan di hari yang fitrah ini"

(Hari Raya Idul Fitri, 1444 H / Sabtu 22 April 2023 M)

Post a Comment for "Intisari Khutbah Hari Raya Walidi Panteraja di Padang Tiji, Pidie"