menuj Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Fi Ilmi Bayan | Defenisi Majaz Kalimat, hal 12-13, cetakan haramain (Part 6) - Pena Teungku //
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Fi Ilmi Bayan | Defenisi Majaz Kalimat, hal 12-13, cetakan haramain (Part 6)

 


وَأَمَّا المَجَازُ المُفْرَدُ) وَهُوَ المُشَارُ اِلَيْهِ فِمَا تَقَدَّمَ بِقَوْلِهِ وَإِمَّا فِى الكَلِمَةِ وَعَدَلَ هُنَا لِيَتَأَتَّى لَهُ تَعْرِيْفُهُ بِالكَلِمَةِ المُسْتَعْمَلَةِ اِلَخْ لِيَكُوْنَ جَارِيًا عَلَى المَشْهُوْرِ فِى تَعْرِيْفِهِ وَاِلَّا لَعَرَّفَهُ بِالاِسْتِعْمَالِ وَهُوَ وَاِنْ كَانَ صَحِيْحًا اِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ المَشْهُوْرُ وَعُبِّرَ فِيْمَا تَقَدَّمَ بِمَ تَقَدَّمَ لِاَنَّهُ الاَنْسَبُ فِى الاِسْنَادِ

(Adapun majaz mufrad) yaitu yang disyarahkan sebelumnya pada perkataan pengarang وَإِمَّا فِى الكَلِمَةِ (adakala pada kalimat), disini pengarang membuat defenisi majaz mufrad agar bisa mendefenisikan majaz mufrad tersebut dengan كَلِمَةِ المُسْتَعْمَلَةِ, supaya defenisinya menjadi defenesi yang masyhur, jika tidak maka pengarang mendefenisikan majaz mufrad dengan lafad اِسْتِعْمَالِ, defenisi ini walaupun benar, namun tidak begitu masyhur, maka dituliskan defenisinya sebagaimana yang telah tersebut, supya lebih cocok pada isnad.

 فَهُوَ الكَلِمَةُ) اِسْمًا اَوْ فِعْلًا أَوْ فِعْلًا (المُسْتَعْمَلَةُ) خَرَجَتِ الكَلِمَةُ قَبْلَ الاِسْتِعْمَالِ فَلَا تُوْصَفُ بِالمَجَازِ كَمَا لَا تُوْصَفُ بِالحَقِيْقَةِ (فِى غَيْرِ مَا) اَىْ مَعْنَى (وُضِعَتْ لَهُ) أَوَّلًا خَرَجَ الحَقِيْقِةُ كَأَسَدٍ فِى الحَيَوَانِ المُفْتَرِسِ وَعَيْنٍ فِى البَاصِرَةِ اَوِ الجَارِيَةِ لِاَنَّهُ وُضِعَ لِكُلٍّ مِنْهُمَا اَوَّلِيًا

(Majaz mufrad adalah satu kalimat) baik isim, fi'il, atau huruf, (yang dipergunakan) dari ibarat المُسْتَعْمَلَةُ tidak termasuk kalimat yang belum dipergunakan, maka kalimat tersebut tidak diapakai untuk majaz sebagimana ia tidak dipakai untuk hakikat. (Pada selain sesuatu) artinya makna (yang diletakkan kalimat tersebut bagi demikian makna) pada kali yang pertama, maka keluar hakikat, contohnya seperti kata-kata أَسَدٍ yang bermakna الحَيَوَانِ المُفْتَرِسِ (hayawan yang menerkam) dan kata-kata عَيْنٍ yang bermakna البَاصِرَةِ (mata hati) atau الجَارِيَةِ (mata kepala), karna dalam dalam dua kata tersebut merupakan wadha' pada pertama kali.

 لِعَلَاقَةٍ) اَى لِاَجْلِ مُنَاسَبَةٍ بَيْنَ المَعْنَى الَّذِى وُضِعَتِ الكَلِمَةُ لَهُ وَالَّذِى لَمْ تُوضَعْ لَهُ فَالحَامِلُ عَلَى الاِسْتِعْمَالِ هُوَ العَلَاقَةُ فَلَا بُدَّ حِيْنَئِذٍ مِنِ اعْتِبَارِهَا وَمُلَاحَضَتِهَا فَخَرَجَ الغَلَطُ وَاِنْ وُجِدَ فِيْهِ عَلَاقَةٌ نَحْوُ رَأَيْتُ اَسَدًا تُرِيْدُ بِهِ رَجُلًا شُجَاعًا أَرَدْتَ اَنْ تَنْطِقَ بِالرّجُلِ الشُجَاعِ فَغَلَطْتَ فَنَطَقْتَ بِالاَسَدِ فَلَيْسَ هَذَا بِمَجَازٍ لِأَنَّ العَلَاقَةَ هُنَا لَيْسَتْ عِلَةً لِاسْتِعْمَالكَ لِعَدَمِ مُلَاحَظَتِهَا

(Karena 'alaqah) artinya karena ada kesesuaian diantara makna yang diwadh'akkan kalimat tersebut baginya makna dengan kalimat yang tidak diwadhakkan, maka yang membuat adanya isti'mal adalah 'alaqah, maka mesti diketika itu memperthitungkan 'alaqah dan memerhatikan 'alaqah, dalam hal ini tidak termasuk  الغَلَطُ (tersalah) walaupun terdapat 'alaqah padanya, contoh seperti رَأَيْتُ اَسَدًا (aku melihat seekor singa) engkau merencanakan seorang lelaki yang berani, dan berencana untuk mengucapkan lelaki yang berani, kemudia engkau tersalah sehingga engaku ucap singa, maka ini bukan majaz, karena 'alaqah disni bukanlah penyebab ist'mal engkau, karena tidak ada mulahadhah (memerhatikan 'alaqah)

مَعَ قَرِيْنَةٍ) حَالِيَّةِ أَوْ مَقَالِِيَّةٍ (مَانِعَةٍ) أَى صَارِفَةٍ (عَنْ اِرَادَتِهِ) أَى إِرَادَةِ مَا وُضِعَتِ الكَلِمَةُ لَهُ خَرَجَ الكِنَايَةُ نَحْوُ زَيْدٌ طَوِيْلُ النَّجَادِ لَازِمُهُ مِن طُوْلِ القَامَةِ فَالنَّجَادُ المَوْصُوفُ بِالطُوْلِ كَلِمَةٌ مُسْتَعْمَلَةٌ فِى غَيْرِ مَا وُضِعَتِ لَهُ لِعَلَاقَةٍ مَعَ قَرِيْنَةٍ حَالِيَّةِ وَهُوَ المَدْحُ إِلَّا أَنَّ هَذِهِ القَرِيْنَةَ لَا تَمْنَعُ اِرَادَةَ المَعْنَى الحَقِيْقِى وَهُوَ طُوْلُ عَلَاقَةِ السَّيْفِ مَعَ الكِنَايَةِ 

(Beserta 'alaqah) baik haliyah atau maqaliyah (Yang menegah ia) artinya yang memalingkan (Daripada maksud maknanya hakikat) artinya daripada memaksudkan makna yang diletakkan kalimat baginya makna (hakikat), maka keluarlah kinayah, seperti contoh زَيْدٌ طَوِيْلُ النَّجَادِ (si zaid panjang sarung pedang) lazim daripada panjang sarung pedang adalah panjang berdiri, maka kalimat النَّجَادُ yang disaifatkan kepada الطُوْلِ adalah satu kalimat yang dipakaikan pada selain makna yang diletakkan kalimat tersebut bagi demikian makna, karena ada 'alaqah beserta qarinah haliyah yaitu pujian, namun qarinah ini tidak menegah iradah makna hakikat yaitu panjang sarung pedang beserta ada kinayah.

Baca Sebelumnya : Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Part 5

Baca Lanjutannya : Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Part 7

Link Lengkap : Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan

Post a Comment for "Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Fi Ilmi Bayan | Defenisi Majaz Kalimat, hal 12-13, cetakan haramain (Part 6)"