Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Fi Ilmi Bayan | Majaz Isnad, hal 8-11, cetakan haramain (Part 2)
(Ketahui olehmu) Pengarang memerintahkan dengan mengetahui untuk mengajak diatas mengenal sesuatu yang akan datang.
(Sesungguhnya Majaz) Majaz adalah satu lafadh yang bersatu diantara majaz 'aqli dan lughawi baik mufrad atau murakab, wazan dari kalimat majaz adalah مَفْعَلٌ, asalnya adalah مَجْوَزٌ, harkat ain diganti kepada huruf fa, kemudian ain tersebut diganti kepada alif, maka jadilah مَقَالٌ yang diambil dari kalam جَازَ المَكَانُ يُجَوِّزُهُ اِذَا تَعَدَّاهُ "melampauilah tempat, yang melampaui ia akannya tempat, apabila melampaui ia akan tempat"
Majaz adalah mashdar mimi, bermakna melampaui yaitu perpindahan, maka majaz dengan ini makna dikategorikan kepada 'aqli dan selainya, dalam artian majaz masih bermakna masdariahnya yaitu ta'diah (melampaui).
Kalimat majaz juga dipakai kepada kalimat yang melampaui atau dilampauikan, maka yang dimaksudkan adalah isim fa'il atau isim maf'ul, ini pemakaian adalah yang masyhur lagi yang terpaham diketika ithlaq (tanpa kait).
اِمَّا اَنْ يَكُوْنَ فِى الاِسْنَادِ) وَهُوَ ضَمُّ كَلِمَةٍ وَلَوْ حُكْمًا اِلَى اُخْرَى عَلَى وَجْهٍ يُفِيْدُ وَقَوْلُنَا وَلَوْ حُكْمًا لِاِدْخَالِ مَا يُؤَوَّلُ بِالكَلِمَةِ وَلَوْ جُمْلَةً نَحْوُ ذَيْدٌ قَامَ اَبُوهُ (وَاِمَّا) اَنْ يَكُوْنَ (فِى الكَلِمَةِ) وَهِى قَوْلٌ مُفْرَدٌ اِسْمًا كَانَتْ اَوْ فِعْلًا اَوْ حَرْفًا (وَاِمَّا) اَنْ يَكُوْنَ (فِى المُرَكَّبِ) يَعْنِى الاِسْنَادِى (فَالمَجَازُ فِى الاِسْنَادِ) خَبَرِيًّا كَانَ اَوْ اِنْشَائِيًّا (هُوَ اِسْنَادُ الفِعْلِ اَوْ) اِسْنَادُ (مَا فِ مَعْنَاهُ) اَى مَعْنَى الفِعْلِ الاَصْلِى وَهُوَ الحَدَثُ لِاْنَّهُ هُوَ الَّذِى دَلَّ عَلَيْهِ جَوْهَرُ اللَّفْظِ دُوْنَ الزَّمَانِ وَذَلِكَ كَالمَصْدَرِ وَاسْمِ الفَاعِلِ وَاسْمِ المَفْعُوْلِ وَالصِّفَةِ المُشَبَّهَةِ وَاسْمِ التَّفْضِيْلِ والظَّرْفِ وَالجَارِ وَالمَجْرُوْرِ
Adakala bahwa majaz terdapat pada isnad, isnad adalah menggabungkan kalimat walau pada hukum kepada kalimat yang lain diatas satu cara yang memberi faidah. Perkataan kami وَلَوْ حُكْمًا adalah untuk menggolongkan sesuatu yang dipalingkan kepada kalimat walau ia adalah jumlah, contohnya ذَيْدٌ قَامَ اَبُوهُ "si Zaid, bapaknya telah berdiri"
(Adakala) majaz itu terdapat (pada kalimat) kalimat adalah satu perkataan yang tunggal baik isim, fi'il dan huruf. Dan adakala majaz itu terdapat pada murakkab, maksudnya adalah murakkab isnadi.
Maka Majaz Isnad baik isnad khabari atau insya'i adalah isnad (menyandarkan) fi'il atau menyandarkan sesuatu pada maknanya fi'il yaitu makna fi'il yang asli, yaitu kejadian karena makna kejadian adalah yang ditunjuki oleh bentuk lafad ketiadaan zaman, demikian itu sepert mashdar, isim fa'il, isim maf''ul, sifat musyabahah, isim tafdhil, dharaf, jar majrur.
اِلَى غَيْرِ مَا) اَى اِلَى غَيْرِ شَيْئٍ (هُوَ) اَى الفِعْلُ اَوْ مَا فِى مَعْنَاهُ لَهُ اَى لِذَلِكَ الشَّيْئِ اَى اِلَى غَيْرِ مَا حَقُّهُ اَنْ يُسْنَدَ لَهُ لِمُلَابَسَةٍ مُتَعَلَّقٌ بِاِسْنَادٍ اَى اِسْنَادُ مَا ذُكِرَ لِاَجْلِ مُلَابَسَةٍ اَى تَعَلُّقٌ بَيْنَ المُسْنَدِ وَذَلِكَ الغَيْرِ الَّذِى اُسْنِدَ اِلَيْهِ يُشَابِهُ تَعَلُّقُهُ بِمَا هُوَ لَهُ فِى مُطْلَقِ التَّعَلُّقِ يَعْنِى اَنَّ الفِعْلَ أَوْ مَا فِى مَعْنَاهُ المَبْنِى لِلْفَاعِلِ حَقُّهُ اَيْ يُسْنَدَ اِلَى الفَاعِلِ الَّذِى قَامَ بِهِ الفِعْلُ وَاتَّصَفَ هُوَ بِهِ عِنْدَ المُتَكَلِّمِ فِى الظَّاهِرِ فَاِذَا اُسْنِدَ اِلَى غَيْرِ الفْاعِلِ مِنْ مَفْعُوْلٍ اَوْ مَصْدَرٍ اَوْ ظَرْفٍ لِكَوْنِهِ مُلَابِسًا لَهُ يَكُوْنُ اِسْنَادُ ذَلِكَ الفِعْلِ لِذَلِكَ الغَيْرِ لِمُلَابَسَةٍ مَجًَزًا وَكَذَا الفِعْلُ المَبْنِى لِلْمَفْعُوْلِ حَقُّهُ اَنْ يُسْنَدَ لِلْمَفْعُوْلِ بِهِ اَوْ مَا جَرَى مَجْرَاهُ فَاِذَا اُسْنِدَ لِغَيْرِهِ كَالفَاعِلِ فِى المُلَابَسَةِ يَكُوْنُ الاِسْنَادُ مَجَازًا
(Kepada selain barang) artinya kepada selain sesuatu, dimana fi'il atau sesuatu yang bermakna fi'il, bagi demikian sesuatu artinya kepada selain sesuatu, pada dasarnya fi'il atau ma pada makna fi'il diisnadkan pada sesuatu tersebut.
(Karena Mulabasah) lafad Mulabasah berkaitan dengan lafad isnad, artinya mengisnad sesuatu yang telah disebutkan karena ada mulabasah (kaitan) yaitu kaitan diantara musnad dengan ghair dimana musnad diisnadkan kepada demikian ghair (ghairi ma hua lah), yang serupa kaitan ghair dengan ma hua lah (hakikat) pada mutlak ta'alluq (kaitan), maksudnya fi'il atau sesuatu yang bermakna fi'il yang dibina bagi fa'il pada dasarnya di isnad kepada fa'il yang sudah ada perbuatan padanya, juga yang berwasaf dengan perbuatan disisi mutkallim secara dhahir, maka apabila di isnad kepada selain fa'il berupa maf'ul, mashdar atau dharaf, karena ada mulabasah (kaitan), maka isnad tersebut yaitu isnad demikian fi'il bagi ghair karena ada mulabasah menyebabkan terjadinya majaz. Begitu juga fi'il yang dibina bagi maf'ul, pada dasarnya ia di isnad bagi maf'ul bih atau sesuatu yang berlaku seperti maf'ul bih, maka apabila fi'il yang dibina bagi maf'ul di isnad bagi selainnya seperti fa'il karena serupa pada mulabasah dapat menyebabkan terjadinya majaz.
مَعَ قَرِيْنَةٍ مَانِعَةٍ اَى صَارِفَةٍ عَنْ اِرَادَةِ الاِسْنَادِ اِلَى مَا هُوَ لَهُ وَهُوَ الاِسْنَادُ الحَقِيْقِى كَالْاِسْنَادِ اِلَى الفَاعِلٍ فِيْمَا بُنِى الفِعْلُ لَهُ نَحْوُ ضَرَبَ زيْدٌ عَمْرًا وَاِلَى المَفْعُوْلِ فِيْمَا بُنِى الفِعْلُ لَهُ نُحْوُ ضُرِبَ عَمْرٌو فَاِنَّ الضَّارِبِيَّةَ لِزيْدٍ حَقِيْقَةٌ وَالمَضْرُوْبِيَّةَ لِعَمْرٍو حَقِيْقَةٌ فَخَرَجَ بِقَوْلِهِ اِلَى غَيْرِ مَا هُوَ لَهُ الاِسْنَادُ الحَقِيْقِى كَقَوْلِ المُؤْمِنِ اَنْبَتَ اللهُ البَقْلَ وَنَحْوِ ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا وَبِقَوْلِهِ لِمُلَابَسَةٍ مَا لَا مُلَابَسَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ المُسْنَدِ اِلَيْهِ فَاِنَّهُ لَا يَصِحُّ اِسْنَادُهُ اِلَيْهِ لِاَنَّهُ كَالهِذْيَانِ وَبِقَوْلِهِ مَعَ قَرِيْنَةِ الكَذِبُ وَقَوْلُ الجَاهِلِ اَنْبَتَ الرَّبِيْعُ البَقْلَ لِاِعْتِقَادِهِ اَنَّ الرَّبِيْعَ هُوَ المُنْبِتُ فَهُوَ حَقِيْقَةٌ كَمَا اَنَّهُ شَمَلَ قَوْلُهُ أَنْبَتَ اللهُ البَقْلَ لِاَنَّهُ نُصِبَ حَالُهُ قَرِيْنَةً عَلَى أَنَّهُ لَمْ يَرِدْ ظَاهِرَهُ فَيَكُونُ مَجَازًا
Berserta qarinah mani'ah) artinya qarinah yang memalingkan daripada iradah isnad kepada ma hua lah (hakikat), ma hua lah itu adalah isnad haqiqi, seperti isnad kepada fa'il pada fi'il bina ma'ruf, contohnya ضَرَبَ ذَيْدٌ عَمْرًا "Telah memukul oleh si Zaid akan si Umar", dan seperti isnad kepada maf'ul pada fi'il bina bagi majhul, contohnya ضُرِبَ عَمْرٌو "dipukul akan si umar", sesungguhnya sifat orang yang memukul terhadap si zaid adalah hakikat, begitu juga sifat orang yang di pukul bagi si umar adalah hakikat.
Maka dari perkataan pengarang اِلَى غَيْرِ مَا هُوَ لَهُ, tidak termasuk isnad haqiqi, seperti perkataan orang mukmin اَنْبَتَ اللهُ البَقْلَ "Menumbuhkan oleh Allah akan tanaman", dan seperti contoh ضَرَبَ ذَيْدٌ عَمْرًا "memukul oleh si zaid akan umar". Dan dari perkataan pengarang لِمُلَابَسَةٍ tidak termasuk sesuatu yang tidak ada mulabasah diantara sesuatu tersebut dengan musnad ilah, maka tidak boleh isnad sesuatu kepada musnad ilaih tersebut, karena itu dianggap main main.
Dan dari perkataan pengarang مَعَ قَرِيْنَةٍ tidak termasuk dusta dan perkataan orang bodoh أَنْبَتَ الرَّبِيْعُ البَقْلَ karena ia berkeyakinan bahwa hujan adalah yang menumbuhkan, maka itu adalah hakikat, sebagaimana perkataan orang bodoh أَنْبَتَ اللهُ البَقْلَ, ini di anggap majaz, karena keadaan orang bodoh tersebut di anggap qarinah, dari segi ia tidak bermaksud dhahir ucapan tersebut.
Baca sebelumnya : Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Bagian 1
Baca lanjutannya : Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Bagian 3
Link Lengkap : Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan
Post a Comment for "Terjemahan Kitab Tuhfatul Ikhwan Fi Ilmi Bayan | Majaz Isnad, hal 8-11, cetakan haramain (Part 2)"