Terjemahan Kitab Matan Jauharah Tauhid, Nadham 81-86
Nadham 81
وَمَـالِكٌ وَسَائِـرُ اْلأَئِمَّـةِ - كَذَا اَبُوْ الْقَاسِمِ هُدَاةُ الأُمَّةْ
Terjemah Aceh :
- Dan bermula Imam Malik dan segala imam-imam - tsabit seperti demikian itu Abu Qasim (Muhammad Junaid) itu orang yang memberi petunjuk umat.
Terjemah Umum :
- Imam Malik dan Imam-Imam yang lain juga Imam Abu Qasim itu yang memberi petunjuk ini umat.
Penjelasan :
- Imam Malik dan Imam-Imam yang lain juga Abu Qasim yaitu Syekh Muhammad Junaid adalah yang memberikan petunjuk kepada umat.
Pada lafadh اْلأَئِمَّـةِ, Alif lam disini adalah alif lam 'ahdi maka yang ma'hud (maklum) adalah Imam yang empat, namun yang lebih adalah menjadikannya sebagai alif lam lil kamal, dengan tidak mengkaitkan Imam yang empat saja, maka jika dimasksud alif lam lil kamal akan termasuk Imam Syafi'i, Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Laits bin Sa'id, Daud Dhahiri karena mereka semua itu adalah bagaikan lautnya ilmu.
Nadham 82
فَوَاجِبٌ تَقْلِيْدُ حَبْرٍ مِنْـهُمُ - كَذَا حَكَى الْقَوْمُ بِلَفْظٍ يُفْهَمُ
Terjemah Aceh :
- Maka bermula mengikuti orang yang cerdik dari pada mereka (imam-imam) itu wajib ianya mengikuti - demikian yang menghikayah oleh kaum dengan lafadh yang difahamkan akannya lafadz.
Terjemah Umum :
- Wajib untuk mengikuti orang yang cerdik dari mereka Imam, sedemikian yang telah dihikayah oleh kaum dengan lafad yang bisa dipahami.
Penjelasan :
- Telah dijlaskan bahwa Imam yang empat adalah yang memberi petunjuk bagi umat, dan Imam yang empat juga merupakan Mujtahid yang bisa mengambil hukum langsung dari Al-Qur'an dan Hadist, maka orang yang tidak sanggup mengambil hukum langsung dari Al-Qur'an dan Hadist wajib untuk mengikuti Imam yang empat, walaupun ia adalah seorang Mujtahid Mazhab atau Mujtahid Fatwa.
Dalil tentang wajibnya mengikuti mereka para mujtahid adalah Surah An-Nahl ayat 43 :
فَسْئَلُوا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْن
"Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang berlimu jika kamu tidak mengetahui" (Q.S An-Nahl ayat 43)
Dan tidak boleh mengikuti Mujtahid selain dari Imam yang empat tersebut, walaupun dari pembesar sahabat, karena selain dari mereka tidak ada karya tulis yang bisa kita jadikan sebagai pegangan hukum.
Namun demikan boleh kita mengikuti selain dari ulama Mujtahid dalam masalah lain selain dari maslah ifta (fatwa hukum) karena yang tidak boleh adalah mengkuti selain dari Imam yang empat dalam masalah ifta saja. sebagaimana disebutkan dalam sebuah nadham :
وَجَئِزٌ تَقْلِيْدُ غَيْرِ الاَرْبَعَة - فِى غَيْرِ اِفْتَاءٍ وَفِى هَذَا سَعَة
"Dan boleh mengikuti selain Imam yang empat pada selain fatwa dan pada ini ada keluasan"
Nadham 83
وَاَثْـبِتَنْ لِلأَولِيَا الْكَرَامَـةْ - وَمَنْ نَفَاهَا فَانْبِذَنْ كَلاَمَهْ
Terjemah Aceh :
- Dan sungguh yakinkani oleh mu bagi para Aulia akan karamah, dan bermula siman yang meniadakan ianya man akannya karamah niscaya maka sungguh buang oleh mu akan perkataannya man.
Terjemah Umum :
- Yakinilah bahwa para Aulia itu memiliki Karamah, dan orang yang menganggap Karamah itu tidak ada maka, buanglah perkataannya.
Penjelasan :
- Kita wajib meyakini bahwa Aulia Allah itu memiliki Karamah, baik diketika masih hidup atau setelah kematian, dan tidak ada satupun kalam dari Imam yang empat yang menafikan tentang hal itu bahkan ada ulama yang berpendapat bahwa jika ada orang yang tidak nampak karamah sesudah kematiannya sebagaimana karamah semasa hidupnya, maka ia bukanlah golongan dari orang yang benar.
Maka jika ada orang yang mengatakan bahwa tidak ada Karamah bagi Aulia, seperti Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim bin Mahran, Abi Abdillah Al Hulaimi dari Ahli Sunnah dan Muktazilah, maka janganlah mengambil pendapat mereka.
Nadham 84
وَعِنْـدَنَا أَنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَـعُ - كَمَا مِنَ الْقُرْآنِ وَعْدً يُسْمَعُ
Terjemah Aceh :
- Dan di sisi kita (Ahli sunnah waljama’ah) bahwa sungguh Do‘a itu bermanfanfaat ianya do’a - karena barang yang didengarkan akannya barang dari pada Al-Qur’an hal keadaa janji.
Terjemah Umum :
- Disisi Ahli Sunnah do'a itu bermanfaat, sebagaimana yang telah sebut dalam Al-Qur'an.
Penjelasan :
- Disisi kita Ahli Sunnah Waljama'ah bahwa do'a itu bermanfaat bagi orang yang masih hidup atau yang telah meninggal, jika dido'akan kepada mereka yang telah meninggal, dan juga dapat memudharatkan mereka yang telah meninggal jika dido'akan walaupun do'a itu bersumber dari orang yang kafir, karena hadist :
دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ مُسْتَجَابَةٌ وَلوْ كَافِرًا
"Do'anya orang terdhalimi itu diterima walaupun dari orang kafir" (Hadist riwayat Ahmad)
Dalam Al-Qur'am surah Ghafir, ayat 60 disebutkan :
اُدْعُوْنِى اَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Berdo'alah kepada ku, niscaya akan akau perkenankan bagimu" (Q.S. Ghafir ayat 60)
Nadham 85
بِكُلِّ عَبْدٍ حَافِظُوْنَ وُكِـلُوْا - وَكَاتِبُوْنَ خِيْرَةً لَنْ يُهْملُـوْا
Terjemah Aceh :
- Tsabit dengan tiap-tiap hamba itu malaikat penjaga yang diwakilkan akan mereka malaikat - dan itu malaikat katibun (hal keadaannya Malaikat katibun) itu yang dipilihkan lagi yang tidak menyia-nyiakan oleh mereka malaikat katibun.
Terjemah Umum :
- Setiap hamba ada Malaikat penjaga dan Malaikat Penulis yang telah dipilihkan dan tidak menyia-nyiakan mereka Malaikat.
Penjelasan :
- Allah ta'ala mewakilkan Malaikat kepada setiap hamba untuk menjaga dan mencatat segala amalan yang telah dikerjakan oleh hamba, karen Malaikat tersebut telah dipilih oleh Allah, maka Malaikat yang menjaga dan mencatat segala amalan manusia itu tidak akan lalai atas tugas yang diberikan oleh Allah.
Nadham 86
مِنْ اَمْرِهِ شَيْـئًا فَعَلْ وَلَوْ ذَهِلْ - حَتَّى الاَنِيْنَ فِى الْمَرْضِ كَمَا نُقِلْ
Terjemah Aceh :
- Dari pada urusannya hamba akan sesuatu yang dilakukan ianys hamba sekalipun lalai ianys hamba, hingga rintihan pada saat sakit, sebagaimana yang dikutipkan akannya demikian pembahasan) .
Terjemah Umum :
- Malaikat mencatat dari urusan hamba akan sesuatu yang dekerjakannya sehingga rintihan saat sakit, sebagaimana yang telah dikutip.
Penjelasan :
- Malaikat yang telah Ditugaskan oleh Allah akan mencatat urusan seorang hamba atas apa yang ia kerjakan, walaupun dalam keadaan lupa, Malaikat akan tetap mencatatnya,
Sehingga Malaikat juga mencatat rintihan seseorang yang sedang mengalami sakit, maka sepatutnya orang yang mengalami sakit untuk mengatakan أَهْ (ah) karena ini telah warid bahwa termasuk dari salah satu nama Allah, dan jangan mengatakah أَخْ karena ini adalah salah satu dari nama Syaithan.
Baca sebelumnya : Nadham 76-80
Baca lanjutannya : Nadham
Post a Comment for "Terjemahan Kitab Matan Jauharah Tauhid, Nadham 81-86"