menuj Apakah Maksiat Merupakan Takdir Allah?, oleh As-Syahid Syaikh Dr. Ramadhan Al Buthy - Pena Teungku //
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apakah Maksiat Merupakan Takdir Allah?, oleh As-Syahid Syaikh Dr. Ramadhan Al Buthy


Tentu kita mengatakan Allah maha berkehendak dan kehendak-Nya sempurna, tidak ada sesuatu yang terjadi diatas muka bumi ini kecuali dengan iradah-Nya, dan kehendak-Nya tidak mungkin dibenci oleh seseorang pun, sampai kapan pun.

Sebagai contoh ada orang yang ingin bermaksiat, dia ingin meminum arak, kemudian dia melakukannya yaitu meminum arak, perbuatan maksiat yang diniatkan oleh orang tersebut dan dilakukannya, apakah hal tersebut termasuk kehendak atau tidak?

Jika kita mengatakan itu atas kehendak Allah, maka akan ada orang yang berkata: "Berarti Allah menghendaki perbuatan maksiat, dan jika kita mengatakan tidak, maka Allah tidak menghendaki perbuatan maksiat tersebut, orang ini mengerjakan maksiat dan Allah tidak menghendaki perbuatan maksiat ini terjadi.

Jadi kesimpulannya ada sesuatu yang terjadi tetapi Allah tidak menghendakinya, jika demikian, maka ada sesuatu yang Allah benci untuk melakukannya, karena sesuatu tersebut terjadi tanpa kehendak-Nya, dan sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya berarti dibenci, maka bagaimana untuk menjawab permasalahan ini?

Baiklah, perlu diketahui bahwa perkara yang ada pada manusia ada dua jenis, wahai saudaraku

Pertama, Taqidr yang terjadi tanpa ada kesempatan bagi manusia untuk memilih, Allah ta'ala menghendaki perbuatan itu terjadi dengan kehendak-Nya, dan manusia tidak ada kesempatan untuk memilih sama sekali, seperti contoh lahirnya manusia, kematiannya, sakitnya, dan sehatnya, hal hal tersebut ditaqdirkan oleh Allah dan manusia tidak dapat memilih, apakah kita bisa memilihnya, taqdir tersebut terjadi atas kehendak-Nya, dan masih banyak contoh-contoh lain, dan sudah kita ketahui bersama.

Kedua, sesuatu yang bersumber dari manusia, taqdir yang Allah berikan pada manusia untuk memilihnya, kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia yaitu kemampuan Ikhtiar (memilih), atau bisa anda katakan kemampuan untuk berkehendak, atau bisa juga anda katakan kemampuan untuk mengambil keputusan, seperti contoh datangnya anda ke tempat pengajian, atau seseorang pada pagi hari pergi ketempat kerjanya untuk bekerja, sebagai contoh pula maksiat, itu semua termasuk pada jenis kedua.

Kemampuan untuk memilih ini disebut Ikhtiar, atau kemampuan untuk mengambil keputusan, dan siapa yang memberi kemampuan ini, yaitu Allah, Jadi Allah menghendaki kita untuk bisa memilih

Kita dapat menggunakan kehendak ini untuk taat kepada Allah, yaitu menggunakan pilihan untuk ketaatan kepada Allah dari ketaatan-ketaatan yang kita lakukan, apakah kehendak Allah berhubungan dengan ketaatan ini atau tidak? ya tentu berhubungan, buah dari pilihan ku semuanya tentu atas kehendak Allah.

Apabila ada orang yang menggunakan kemampuan ikhtiar (memilih) dari Allah untuk maksiat, seperti meminum arak, dia melakukan perbuat keji, perbuatan keji yang dilakukan apakah masuk dalam kehendak Allah atau tidak?, ya tentu masuk, tapi tidak secara langsung, karena Allah memberikan manusia kesempatan untuk memilih.

ketika Allah memberikan kepada orang yang bermaksiat ini memanfaatkan pilihannya, dan orang yang bermaksiat ini menggunakan pilihannya untuk melakukan hal yang haram, apakah hal haram ini berada didalam kehendak Allah Swt?, tapi apakah orang itu dapat mengatakan, wahai tuhanku engkau yang menginginkanku bermaksiat, maka saya melakukan maksiat karena kehendak-Mu.

Apakah benar pernyataan ini? tentu Tidak (karena orang yang bermaksiat itu yang menentukan pilihannya

Sumber: Hidayah Channel


Post a Comment for "Apakah Maksiat Merupakan Takdir Allah?, oleh As-Syahid Syaikh Dr. Ramadhan Al Buthy "