menuj Terjemahan Matan Ghayah wa Taqrib | Masalah Mud dan I'tikaf - Kafarah Puasa | Kitab Puasa, Part 36 - Pena Teungku //
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terjemahan Matan Ghayah wa Taqrib | Masalah Mud dan I'tikaf - Kafarah Puasa | Kitab Puasa, Part 36

 


وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ مِنْ رَمَضَانَ أَطْعَمَ عَنْهُ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌ وَالشَّيْخُ إِذَا عَجَزَ عَنِ الصَّوْمِ يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُداً وًالحَامِلُ

Barangsiapa meninggal dunia sedang ia mempunyai tanggungan puasa dari Ramadan, haruslah dikeluarkan makan atas namanya(kepada orang miskin, oleh walinya dari harta peninggalannya) untuk tiap hari 1 mud).

Orang tua yang telah lanjut usia (pikun, termasuk juga orang sakit yang tak ada harapan untuk sembuh) jika tidak kuat berpuasa, boleh berbuka (tidak puasa) dan harus memberi makan (kepada orang miskin) untuk tiap hari 1 mud.

وَالمُرْضِعُ إِنْ خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا القَضَاءُ وَإنْ خَافَتَا عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا القَضَاءُ وَالكَفَّارَةُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالعِرَاقِي

Wanita hamil dan wanita yang menyusui jika kuatir akan terganggu kesehatan dirinya, boleh berbuka (tidak puasa) dan wajiblah keduanya mengqadha. Jika keduanya kuatir akan (terganggu kesehatan) anaknya, boleh berbuka puasa dan wajib mengqadha’ serta membayar kafarat untuk tiap hari 1 mud yaitu 1/2 kati Irak (6 ons).

وَالمَرِيْضُ وَالمُسَافِرُ سَفَراً طًوِيلاً يُفْطِرَانِ وَيَقْضِيَانِ فَصْلٌ: وَالاعْتِكَافُ سُنَّةٌ مُسْتَحَبَّةٌ وَلَهُ شَرْطَانِ: النِّيَّةُ وَاللُّبْثُ فِي المَسْجِدِ

Orang sakit dan orang musafir yang bepergian jauh boleh keduanya berbuka dan harus mengqadha’.

I’tikaf (iktikaf) atau berdiam diri di masjid itu adalah sunnah yang disenangi oleh Allah. Dan i’tikaf itu mempunyai 2 syarat, yaitu niat dan berdiam di masjid.

وَلاَ يَخْرُجُ مِنَ الاعْتِكَافِ المَنْذُورِ إلَّا لِحَاجَةِ الإنْسَانِ أَوْ عُذْرٍ مِنْ حَيْضٍ أَوْ مَرَضٍ لَا يُمْكِنُ المُقَامُ مَعَهُ وَيَبْطُلُ بِالوَطْءِ

Seseorang tidak boleh keluar dari (masjid ketika menjalankan) i’tikaf yang dinazari kecuali untuk keperluan manusia (seperti kencing dan berak) atau karena terhalang oleh haid atau sakit yang tak memungkinkan orang berdiam di masjid

Dan batallah i’tikaf itu sebab persetubuhan (hubungan intim).

Baca sebelumnya: Part 35

Baca lanjutannya: Part 37

Post a Comment for "Terjemahan Matan Ghayah wa Taqrib | Masalah Mud dan I'tikaf - Kafarah Puasa | Kitab Puasa, Part 36"