menuj Biografi Imam Sibawaihi sang pakar ilmu Nahwu - Pena Teungku //
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi Imam Sibawaihi sang pakar ilmu Nahwu


Nama lengkap beliau Abu Basyar Amr bin Utsman bin Qanbar. "Sibawaihi" sendiri sebenarnya adalah julukan, tetapi julukan nya ini lebih dikenal daripada nama aslinya sendiri. Julukan ini di pandang unik, karena belum ada orang yang mendapatkan julukan yang sama sebelumnya "Sibawaihi" berasal dari bahasa Persia, sekaligus menunjukkan bahwa ia adalah orang Persia, (sib = buah apel, waih = wangi) yang berarti wanginya buah apel. Adapula yang mengatakan karena kedua pipinya bagai dua buah apel.

Beliau di perkirakan lahir tahun 137 H di Ahwaz (Persia), adapula yang mengatakan bahwa ia di lahirkan di sebuah kampung Syiraz yang bernama al-Baidha', (Persia), Beliau wafat pada usia muda pada tahun 177 H. Sekitar 40 tahun. Pada usia muda ia rajin mengunjungi pengajian dalam bidang  fiqih dan hadist. Dalam ilmu Hadist beliau berguru kepada Hammad bin Salamah bin Dinar al-Basri (w. 167 H) seorang ahli hadist terkenal pada masanya, yang juga mendalami ilmu Nahwu (gramatika) dan Sharaf (morfologi) serta menduduki jabatan mufti kota Basra

Ketika belajar Hadist kepada Hammad, Imam Sibawaihi memprotes gurunya tentang bacaan suatu matan Hadits dari segi Nahwu, namun ternyata justru Imam Sibawaihi yang salah. Dan tampak nya inilah awal yang memicu Imam Sibawaihi untuk mendalami Bahasa Arab. Ia belajar bahasa Arab kepada beberapa orang ahli, seperti Isa bin Amr al-Saqafi al-Bashri (ahli nahwu, sharaf dan qira'ah, w. 149 H) al-Akhfasy al-Kabir (ahli bahasa Arab), Yunus bin Habib al-Bashri (ahli Nahwu yang mengajar beberapa halaqah, w. 177 H), Harun bin Musa al-Bashri (ahli qira'ah, w. 170 H), Abu Amr al-A'la ( ahli qira'ah, w. 154 H ) dan al-Khalil bin Ahmad al-Tamim al-Farahidi (ahli bahasa Arab dan Nahwu yang paling terkenal di Bashra ketika itu, w. 175 H). Pada al-Khalil inilah Imam Sibawaihi paling lama dan serius belajar bahasa Arab karena itu, dapat dikatakan bahwa Imam Sibawaihi mewarisi seluruh ilmu gurunya ini, terutama dalam Nahwu dan Sharaf. Hubungan antara guru menjadi demikian akrab, bahkan dalam perkembangan lebih lanjut mereka berdua bekerja sama dalam pengembangan bahasa Arab, dan bersama gurunya ia menciptakan al-'Arudh ( mentrik)

Popularitas Imam Sibawaihi sebagai seorang linguist mulai terdengar dimana-mana hingga suatu ketika ia di undang ke Baghdad untuk sebuah debat terbuka. Debat terbuka yang di hadiri Khalifah ketika itu, ternyata telah di desain sedemikian rupa untuk menjatuhkan karir Imam Sibawaihi di hadapan audiens dan para pakar bahasa, Imam Sibawaihi yang mewakili mazhab Bashrah kalah berdebat dengan Imam Al-Kisai yang mewakili mazhab Kufah. Al-Kisai mengajukan pertanyaan yang sulit kepada Imam Sibawaihi kemudian di jadikan sebagai dewan hakim adalah para supporter Al-Kisai sendiri. Akhir cerita Imam Sibawaihi di nyatakan salah meskipun belakangan para pakar Nahwu menganggap Imam Sibawaihi yang benar. Konon peristiwa ini sangat memukul Imam Sibawaihi dan membuatnya sakit dan akhirnya meninggal dunia dalam usia muda.

(Imam Sibawaihi sang pakar Nahwu, halaman 6)

Post a Comment for "Biografi Imam Sibawaihi sang pakar ilmu Nahwu"